Rabu, 29 Desember 2010

SISTEM INFORMASI AKUNTANSI DAN SIM

Pada masa sekarang, sistem informasi (SI) telah mengubah cara

perusahaan melakukan bisnis yang mengakibatkan banyak hal-hal baru terjadi
dalam suatu organisasi. Hal ini dapat dilihat dari perubahan yang ada di sekitar
kita, misalnya fasilitas ATM yang disediakan oleh perusahaan perbankan, fasilitas
CD-ROM yang umumnya terdapat di perpustakaan, scanner yang terdapat di tokotoko
swalayan, dan sebagainya. Ini menunjukkan bahwa peranan SI menjadi
semakin meningkat mengikuti perkembangan teknologi informasi.
Secara tradisional, manajemen dan akademisi memandang peranan SI
sebagai fungsi pendukung dalam operasi perusahaan. Pandangan mereka ini
sesuai dengan definisi awal SI. Sebagai contoh, Ein-Dor dan Segev (1978), Ives et
al. (1980) mendefinisikan SI sebagai fungsi pendukung dalam melaksanakan
aktivitas dan fungsi manajemen.
Saat ini, manajemen dan akademisi memandang peranan SI sebagai
enabler bagi perusahaan untuk memperoleh keunggulan kompetitif. Sistem
informasi mampu mengubah bentuk organisasi, mampu mengubah cara
perusahaan dalam beroperasi, dan mampu mengubah cara perusahaan dalam
bersaing (Alter 1996, hal. 191-193). Informasi, sekarang dilihat sebagai sumber
daya stratejik, sumber yang potensil untuk mendapatkan keunggulan dalam
bersaing (Raghunathan dan Raghunathan 1990, Laudon dan Laudon 1991, hal.
72) atau sebagai senjata stratejik untuk mendapatkan keunggulan kompetitif dalam
iklim bisnis yang baru (Ives dan Learmonth 1984). Hal ini menunjukkan bahwa SI
memainkan berbagai peran dalam organisasi.
McFarlan et al. (1983) menggunakan strategic grid sebagai rerangka untuk
menjelaskan peranan SI yang berbeda-beda di dalam organisasi. Dalam rerangka
tersebut, mereka mengklasifikasikan organisasi ke dalam empat lingkungan SI,
yaitu strategic, turnaround, factory, dan support. Mereka menekankan perlunya
menyesuaikan perencanaan SI dengan peranan yang dimainkan SI dalam
organisasi, karena suatu organisasi tidak dapat mencapai dampak stratejik jika
mengfokuskan perencanaan SI pada masalah operasional. Di samping itu, suatu
organisasi akan mengalami pemborosan sumber daya jika penggunaan sistem
informasi tidak sesuai dengan perencanaan bisnis perusahaan. Perencanaan SI
perlu direncanakan seperti sumber daya lainnya (misalnya kapital, material, dan
2
personil) agar penggunaannya efektif dan efisien (Zviran 1990). Dengan demikian,
perencanaan SI yang disesuaikan dengan peranan SI dalam organisasi merupakan
topik yang menarik dan penting dalam penelitian-penelitian SI (Raghunathan dan
Raghunathan 1990, Cash et al. 1992, dan Premkumar dan King 1992).
Penelitian secara empiris menggunakan rerangka strategic grid dan
hubungannya dengan perencanaan SI telah dilakukan oleh Raghunathan dan
Raghunathan (1990), Premkumar dan King (1992) di Amerika, dan di Indonesia
dilakukan oleh Hartawan (1996). Penelitian-penelitian ini dijelaskan lebih terperinci
pada telaah literatur. Berdasarkan penelitian-penelitian mereka, peneliti ingin
mengetahui peranan apa yang dimainkan SI dalam organisasi dan apakah terdapat
perbedaan perencanaan SI di antara organisasi yang mempunyai peranan SI yang
berbeda-beda. Karena itu, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengevaluasi peranan yang dimainkan SI dalam organisasi dengan
menggunakan rerangka strategic grid.
2. Untuk memberi bukti empiris mengenai adanya perbedaan perencanaan SI di
antara organisasi yang mempunyai peranan SI yang berbeda-beda dalam
kuadran strategic grid.
TELAAH LITERATUR
Peranan Sistem Informasi
Seiring dengan perkembangan teknologi informasi, secara intensif telah
didiskusikan dalam literatur-literatur SI (McFarlan et al. 1983, Nolan 1979) bahwa SI
mempunyai peranan yang berbeda-beda di antara organisasi. Nolan (1979)
mengemukakan bahwa fungsi SI mengalami enam langkah pertumbuhan dan
dalam setiap langkah tersebut organisasi menggunakan SI dengan cara yang
berbeda-beda. Demikian pula halnya dengan McFarlan et al. (1983) menemukan
bahwa dalam beberapa organisasi SI berperan di daerah stratejik, sementara
organisasi lainnya SI berperan sebagai efisiensi biaya. Berdasarkan penemuan ini,
McFarlan et al. (1983) mengembangkan strategic grid sebagai peranan SI dalam
suatu organisasi dengan membagi organisasi dalam dua dimensi, yaitu dampak
stratejik SI pada operasi saat ini dan dampak stratejik SI pada operasi masa yang
akan datang, seperti terlihat pada Gambar 2.1.
3
Dampak stratejik SI saat ini
Tinggi Rendah
Tinggi Strategic Turnaround
Dampak
stratejik SI
masa yang
akan datang
Rendah Factory Support
Gambar 2.1. Strategic grid
____________
Sumber: McFarlan et al. (1983, 150)
Dalam rerangka strategic grid, organisasi diklasifikasikan ke dalam empat
lingkungan SI, yaitu strategic, turnaround, factory, dan support. Organisasi dalam
kelompok strategic, sangat bergantung pada kelancaran fungsi SI untuk operasi
sehari-hari dan juga penting bagi kesuksesan organisasi dalam bersaing.
Organisasi dalam kelompok turnaround, kurang bergantung pada dukungan SI
untuk operasi perusahaan saat ini, tetapi SI dikembangkan untuk kepentingan
tujuan strategis jangka panjang. Organisasi dalam kelompok factory, sangat
bergantung pada fungsi SI untuk operasi sehari-hari, tetapi pengembangan aplikasi
untuk masa yang akan datang kurang menjadi pertimbangan utama. Organisasi
dalam kelompok support, kurang bergantung terhadap SI untuk operasi saat ini dan
juga untuk operasi masa yang akan datang.
Perencanaan Sistem Informasi
Perhatian yang semakin meningkat akan dampak stratejik SI terhadap bisnis
perusahaan membuat penelitian pada perencanaan SI penting dalam bidang SI
(Boynton dan Zmud 1987). Investasi yang besar dalam SI membuat perencanaan
SI menjadi masalah kunci bagi manajemen (Niederman et al. 1991). Hal ini
4
menunjukkan bahwa perencanaan SI menjadi hal yang penting dalam organisasi
secara keseluruhan jika ingin memperoleh keunggulan kompetitif.
Studi empiris mengenai perencanaan SI menunjukkan bahwa perencanaan
SI dipengaruhi oleh berbagai faktor (Lederer dan Sethi 1996). Berbagai faktor
seperti kualitas proses perencanaan, rentang waktu perencanaan, sumber-sumber
perencanaan SI, integrasi bisnis-SI, kualitas mekanisme pendukung, keterlibatan
manajemen puncak dan pemakai, sumber-sumber SI, efektifitas perencanaan,
kinerja fungsi SI, dan kontribusi SI terhadap kinerja organisasional ditemukan
mempengaruhi perencanaan SI (Cash et al. 1992, Ein-Dor dan Segev 1978,
Goodhue et al. 1988, King 1988, Lederer dan Mendelow 1986, 1987, Lederer dan
Sethi 1988, McFarlan et al. 1983, Raghunathan dan Raghunathan 1988, dan Zviran
1990). Premkumar dan King (1992) menggolong-golongkan berbagai faktor
perencanaan SI tersebut ke dalam tiga karakteristik, yaitu karakteristik
perencanaan, karakteristik organisasional, dan karakteristik kinerja.
Inti dari perencanaan SI adalah proses perencanaan yang mengevaluasi
lingkungan eksternal dan internal SI, mengidentifikasi sistem aplikasi yang baru,
dan mengembangkan sekumpulan perencanaan SI stratejik untuk mendukung
perencanaan bisnis organisasi. Tujuan utama perencanaan SI adalah untuk
menyelaraskan perencanaan SI dengan perencanaan bisnis (Zviran 1990).
Namun, Lederer dan Mendelow (1986) menemukan bahwa dalam banyak
organisasi perencanaan bisnis stratejik tidak jelas, atau tidak secara jelas
didokumentasikan, atau tidak berisi informasi yang relevan yang dapat digunakan
dalam perencanaan SI. Karena itu, organisasi dalam merencanakan SI sering
menggunakan berbagai mekanisme pendukung, seperti partisipasi manajer SI
dalam perencanaan bisnis stratejik perusahaan untuk mengintegrasikan kedua
sistem perencanaan tersebut (Lederer dan Mendelow 1987). Keterlibatan
manajemen puncak dan pemakai juga merupakan fasilitator yang penting dalam
perencanaan SI (Lederer dan Mendelow 1987).
Kecukupan sumber-sumber perencanaan merupakan fokus perhatian dalam
karakteristik perencanaan SI. Lederer dan Sethi (1988) menemukan bahwa
ketersediaan sumber-sumber perencanaan menjadi masalah yang serius dalam
perencanaan SI. Goodhue et al. (1988) menemukan bahwa pengalokasian
5
sumber-sumber yang tersedia untuk implementasi perencanaan juga merupakan
masalah yang signifikan yang mempengaruhi efektivitas sistem perencanaan.
Investasi yang besar dalam SI dan penggunaan SI sebagai sumber daya
stratejik membawa dimensi kinerja ke dalam karakteristik perencanaan SI (Clemons
dan Weber 1990, dan Weill dan Olson 1989). Pengukuran kinerja menjadi subjek
penelitian yang dipertimbangkan dalam perencanaan SI stratejik (Weill dan Olson
1989). Untuk membuktikan keandalan perencanaan, maka perlu untuk mengukur
efektifitas perencanaan dan dampaknya terhadap organisasi (King 1988). Namun,
hanya sedikit penelitian yang mengevaluasi hubungan investasi TI dengan kinerja
organisasional (pertumbuhan penjualan, return on assets, dll) yang hasilnya
memuaskan (Weill dan Olson 1989, Floyd dan Wooldridge 1990). Peneliti lebih
berhasil menggunakan pengukuran perseptual dari penyelesaian perencanaan
sebagai pengukuran efektifitas perencanaan (Raghunathan dan Raghunathan
1991).
Peranan SI dan Perencanaan SI Dalam Organisasi
Raghunathan dan Raghunathan (1990) melakukan penelitian mengenai
implikasi perencanaan dari SI strategic grid. Mereka menginvestigasi sifat kontijen
dari enam variabel perencanaan SI dalam konteks relevansi stratejik SI suatu
organisasi. Mereka mengidentifikasi perbedaan perencanaan SI untuk setiap
kuadran dalam strategic grid terhadap 187 organisasi yang menjadi responden
dalam penelitian mereka. Dengan menggunakan ANOVA, hasil penelitian mereka
mengkonfirmasikan beberapa prediksi dari McFarlan et al. (1983) yang
menunjukkan bahwa secara umum terdapat dukungan empiris untuk rerangka
strategic grid dan terdapat perbedaan dalam aspek perencanaan di antara
organisasi, tergantung pada lingkungan SI organisasi tersebut dalam strategic grid.
Raghunathan dan Raghunathan (1990) juga melakukan analisis lebih lanjut
mengenai hasil penelitian mereka yang menunjukkan bahwa perbedaan tersebut
lebih jelas untuk dimensi masa yang akan datang daripada untuk dimensi saat ini.
Interpretasi mereka mengenai ini bahwa jika kita melakukan penelitian mengenai
perencanaan, sifat kontijen dari perencanaan lebih baik ditekankan dalam
lingkungan SI masa yang akan datang daripada dalam lingkungan SI saat ini.
Dalam rerangka strategic grid, lingkungan SI strategic dan turnaround (yang
6
mempunyai dampak stratejik yang tinggi pada dimensi masa yang akan datang)
kemungkinan sama satu sama lain dan berbeda dari dua lingkungan lainnya
(support dan factory). Hal ini menunjukkan bahwa perbedaan seharusnya lebih
jelas antara tinggi dan rendah dimensi masa yang akan datang daripada antara
tinggi dan rendah dimensi saat ini.
Hasil penelitian mereka juga menunjukkan bahwa perbedaan rata-rata untuk
semua aspek perencanaan lebih besar pada kuadran strategic dan support.
Karena itu, mereka juga melakukan uji-t untuk membuktikan perbedaan kedua
kuadran tersebut dilihat dari aspek perencanaan SI dan hasilnya secara signifikan
menunjukkan perbedaan tersebut. Implikasi penelitian mereka menekankan pada
sifat kontijen perencanaan SI dan kebutuhan untuk menyesuaikan aspek
perencanaan SI dengan peranan SI dalam organisasi.
Premkumar dan King (1992) memperluas penelitian yang telah dilakukan
oleh Raghunathan dan Raghunathan (1990). Mereka menambahkan 7 variabel
perencanaan SI, menggabungkan 2 variabel perencanaan SI, dan membuang satu
variabel perencanaan SI sehingga menjadi 11 variabel perencanaan SI yang
dibaginya ke dalam tiga karakteristik, yaitu karakteristik perencanaan, karakteristik
organisasional, karakteristik kinerja perencanaan. Berdasarkan hasil penelitian
yang dilakukan oleh Raghunathan dan Raghunathan (1990), Premkumar dan King
(1992) menggabungkan kuadran strategic dengan turnaround dan kuadran support
dengan factory dalam menganalisis data. Mereka menggunakan t-test dan chisquare
dalam melakukan analisis terhadap 249 sampel dan hasilnya menunjukkan
bahwa terdapat perbedaan yang signifikan dalam karakteristik perencanaan,
organisasional, dan kinerja dari perencanaan SI di antara organisasi yang
mempunyai peranan SI yang berbeda-beda. Karakteristik perencanaan dan
organisasional secara umum sesuai dengan prediksi implisit dalam strategic grid.
Karena itu, penelitian ini memberi validasi parsial pada strategic grid sebagai alat
untuk mengevaluasi peranan SI di dalam organisasi. Sedangkan karakteristik
kinerja perencanaan SI untuk variabel kinerja fungsi SI belum didukung oleh data.
Kedua penelitian yang diuraikan di atas merupakan penelitian yang
dilakukan di Amerika. Untuk situasi di Indonesia, penelitian serupa telah dilakukan
oleh Hartawan (1996) dengan mendasarkan pada penelitian yang dilakukan
Premkumar dan King (1992). Kuesioner yang digunakannya untuk pengumpulan
7
data penelitian merupakan kuesioner yang dikembangkan oleh Premkumar dan
King (1992) dan menganalisis sebanyak tiga puluh sembilan sampel. Alat analisis
yang digunakan adalah uji-t dan chi-square untuk mengevaluasi beda rata-rata
organisasi dari tiga karakteristik sistem perencanaan SI (perencanaan,
organisasional, dan kinerja perencanaan) pada rerangka strategic grid. Hasilnya
menunjukkan bahwa karakteristik perencanaan untuk variabel sumber-sumber
perencanaan SI tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan antara kelompok
strategic/turnaround dengan kelompok support/factory, yang berarti tidak
mendukung hasil penelitian Premkumar dan King (1992); sedangkan untuk
karakteristik organisasional mendukung penelitian Premkumar dan King (1992)
yang menunjukkan perbedaan yang signifikan antara kelompok
strategic/turnaround dengan kelompok support/factory. Karakteristik kinerja untuk
semua variabel menunjukkan perbedaan yang signifikan antara kelompok
strategic/turnaround dengan kelompok support/factory.

http://naocta.wordpress.com/2009/12/31/sistem-informasi-akuntansi-dan-sim/

Akuntansi Manajemen Publik

Definisi akuntansi manajemen menurut Chartered Institute of Management Accountant (1994:3

Rata Penuh0) yaitu: Penyatuan bagian manajemen yang mencakup, penyajian dan penafsiran informasi yang digunakan untuk perumusan strategi, aktivitas perencanaan dan pengendalian, pembuatan keputusan, optimalisasi penggunaan sumber daya, pengungkapan kepada pemilik dan pihak luar, pengungkapan kepada pekerja, pengamanan asset…

Bagian integral dari manajemen yang berkaitan dengan proses identifikasi penyajian dan interpretasi/penafsiran atas informasi yang berguna untuk:
· Merumuskan strategi.
· Proses perencanaan dan pengendalian.
· Pengambilan keputusan.
· Optimalisasi keputusan.
· Pengungkapan pemegang saham dan pihak luar.
· Pengungkapan entitas organisasi bagi karyawan.
· Perlindungan atas asset organisasi.

Sejarah Perkembangan Akuntansi Manajemen Sektor Publik
Akuntansi sektor publik pada dasarnya dipengaruhi perkembangan pemikiran manajemen. Perkembangan pemikiran ini tidak terlepas dari knowledge management.
Knowledge management ini sendiri mempengaruhi peran daripada akuntansi manajemen. Pada dasarnya, akuntansi manajemen ini lebih didasari oleh praktik:
· Factory Accounting.
· Budgeting.
· Cost Accounting.

Proses Akuntansi Manajemen
Proses akuntansi manajemen dapat dikembangkan dengan berbagai metode, antara lain:
· Flatening struktur manajemen merupakan proses penyederhanaan struktur.
· Menggunakan cross fungsional team merupakan proses saling isi menurut keahlian dan kekuatan antara tim yang terlibat.
· Menyampaikan informasi secara cepat dan tepat merupakan teknik penyaringan informasi yang relevan.
· Pendelegasian kuasa kepada tenaga kerja merupakan teknik pengembangan kekuatan tim melalui pemberian kepercayaan.

Peran dan Tujuan Akuntansi Manajemen Sektor Publik
Peran utama akuntansi manajemen dalam organisasi sektor publik adalah memberikan informasi akuntansi yang relevan dan handal kepada manajer untuk melaksanakan fungsi perencanaan dan pengendalian organisasi. Tuntutan mengenai perlunya pengendalian atas berbagai kegiatan pemerintah, khususnya yang berimplikasi uang, dari waktu ke waktu semakin meningkat. Hal ini terjadi akibat praktik KKN di waktu yang lalu tidak saja telah mengakibatkan berkurangnya percepatan pembangunan, melainkan juga telah menimbulkan kesenjangan baik antara wilayah, sektor dan golongan serta merugikan khususnya bagi lapisan masyarakat bawah.

Peran fundamental akuntansi manajemen di organisasi sektor publik adalah membantu manajer/pimpinan dengan informasi akuntansi yang dibutuhkan agar fungsi perencanaan dan pengendalian dapat dilakukan. Secara rinci, tujuan umum tersebut dapat diturunkan menjadi:
· Membantu manajemen memformulasi kebijakan organisasi.
· Membantu manajemen dalam proses perencanaan organisasi.
· Membantu manajemen dalam mengendalikan operasi/kegiatan organisasi.

Peran Akuntan Dalam Sistem Informasi Akuntansi.

Dimanakah seorang akuntan dapat bekerja? Akuntan sebagai salah satu profesi dapat bekerja di suatu perusahaan swasta maupun di pemerintahan atau mendirikan suatu perusahaan. Jika akuntan mendirikan perusahaan, akuntan tersebut disebut akuntan publik (public accountant) yang pekerjaannya adalah mengaudit laporan keuangan perusahaan sebagai pihak yang independen dan hasilnya berupa pendapat atas laporan keuangan tersebut. Jika bekerja di dalam perusahaan swasta/pemerintahan, akuntan tersebut disebut akuntan pribadi (private accountant).

Pekerjaan/tugas/fungsi yang dapat dilakukan oleh seorang akuntan di dalam suatu perusahaan adalah sebagai:

  • Controller

  • Treasurer (bendaharawan)

  • Tax specialist (spesialis pajak)

  • Financial Analyst (analis keuangan)

  • Cost accountant (akuntan biaya)

  • General accountant (akuntan umum)

  • Information systems (sistem informasi)

  • Budgeting specialist (spesialis anggaran)

  • Internal auditor (pemeriksa internal)

Sistem Informasi Akuntansi (SIA) adalah subsistem dari sistem informasi yang bertujuan untuk mengumpulkan, memproses, dan melaporkan informasi keuangan dari kejadian bisnis (Gelinas et. al., 2004, p.15). Informasi ini dikomunikasikan kepada berbagai pihak pengambil keputusan.

Apakah peran yang dimainkan seorang akuntan dalam SIA? Tiga peran akuntan dalam SIA adalah sebagai user, designer, dan auditor. Sebagai user atau pemakai sistem, akuntan harus bisa memastikan bahwa sistem baru berisi ciri-ciri (features) yang dibutuhkan dalam menjalankan pekerjaan/tugas/fungsinya dalam organisasi. Dengan kata lain, para akuntan harus memberikan gambaran yang jelas tentang kebutuhan mereka kepada para profesional/spesialis sistem yang merancang sistem mereka. Karena itu, akuntan sebagai pemakai sistem harus mengetahui bagaimana sistem dikembangkan, teknik-teknik yang digunakan dalam pengembangan sistem, dan teknologi yang akan digunakan dalam sistem yang baru.

Salah satu faktor keberhasilan/kesuksesan dalam perancangan suatu sistem informasi adalah dengan melibatkan pemakai sistem tersebut. Akuntan sebagai pemakai sistem informasi akuntansi harus dilibatkan dalam perancangan sistem karena akuntan mempunyai pengetahuan mengenai prinsip-prinsip akuntansi, prinsip-prinsip pengauditan, teknik-teknik sistem informasi, dan metode pengembangan sistem. Perancangan sistem merupakan upaya kolaborasi antara akuntan dengan profesional/spesialis sistem. Akuntan bertanggung jawab untuk sistem konseptualnya sedangkan profesional/spesialis sistem bertanggung jawab untuk sistem fisiknya. Sebagai contoh: manajer departemen kredit akan membutuhkan informasi mengenai kredit para pelanggan untuk mendukung keputusan yang akan dibuatnya. Akuntan menentukan hakikat informasi yang diperlukan, sumber-sumbernya, tujuannya, dan peraturan akuntansi yang perlu diterapkan. Profesional/spesialis sistem menentukan teknologi yang paling ekonomis dan efektif untuk mendapatkan, memproses dan menghasilkan informasi tersebut.

Informasi dari laporan yang dihasilkan SIA harus sesuai dengan kualitas suatu informasi. Salah satunya adalah keandalan data SIA yang akan menghasilkan laporan keuangan tersebut. Baik auditor internal maupun auditor eksternal/public accountant melakukan pengauditan SIA untuk menyediakan kepastian (assurance) mengenai informasi yang terkandung pada laporan keuangan tersebut. Akuntan sebagai auditor perlu mengetes sistem kontrolnya, menilai efisensi dan efektifitas sistem, dan berpartisipasi dalam proses pengembangan sistem. Agar lebih efektif melakukan pekerjaannya, auditor harus memiliki pengetahuan teknik pengembangan sistem, pengendalian, teknologi yang digunakan, dan perancangan dan pengoperasian SIA.

http://gracetpontoh.wordpress.com/perkuliahan/#comment-203

SISTEM INFORMASI AKUNTANSI DAN SIM

Pada masa sekarang, sistem informasi (SI) telah mengubah cara

perusahaan melakukan bisnis yang mengakibatkan banyak hal-hal baru terjadi
dalam suatu organisasi. Hal ini dapat dilihat dari perubahan yang ada di sekitar
kita, misalnya fasilitas ATM yang disediakan oleh perusahaan perbankan, fasilitas
CD-ROM yang umumnya terdapat di perpustakaan, scanner yang terdapat di tokotoko
swalayan, dan sebagainya. Ini menunjukkan bahwa peranan SI menjadi
semakin meningkat mengikuti perkembangan teknologi informasi.
Secara tradisional, manajemen dan akademisi memandang peranan SI
sebagai fungsi pendukung dalam operasi perusahaan. Pandangan mereka ini
sesuai dengan definisi awal SI. Sebagai contoh, Ein-Dor dan Segev (1978), Ives et
al. (1980) mendefinisikan SI sebagai fungsi pendukung dalam melaksanakan
aktivitas dan fungsi manajemen.
Saat ini, manajemen dan akademisi memandang peranan SI sebagai
enabler bagi perusahaan untuk memperoleh keunggulan kompetitif. Sistem
informasi mampu mengubah bentuk organisasi, mampu mengubah cara
perusahaan dalam beroperasi, dan mampu mengubah cara perusahaan dalam
bersaing (Alter 1996, hal. 191-193). Informasi, sekarang dilihat sebagai sumber
daya stratejik, sumber yang potensil untuk mendapatkan keunggulan dalam
bersaing (Raghunathan dan Raghunathan 1990, Laudon dan Laudon 1991, hal.
72) atau sebagai senjata stratejik untuk mendapatkan keunggulan kompetitif dalam
iklim bisnis yang baru (Ives dan Learmonth 1984). Hal ini menunjukkan bahwa SI
memainkan berbagai peran dalam organisasi.
McFarlan et al. (1983) menggunakan strategic grid sebagai rerangka untuk
menjelaskan peranan SI yang berbeda-beda di dalam organisasi. Dalam rerangka
tersebut, mereka mengklasifikasikan organisasi ke dalam empat lingkungan SI,
yaitu strategic, turnaround, factory, dan support. Mereka menekankan perlunya
menyesuaikan perencanaan SI dengan peranan yang dimainkan SI dalam
organisasi, karena suatu organisasi tidak dapat mencapai dampak stratejik jika
mengfokuskan perencanaan SI pada masalah operasional. Di samping itu, suatu
organisasi akan mengalami pemborosan sumber daya jika penggunaan sistem
informasi tidak sesuai dengan perencanaan bisnis perusahaan. Perencanaan SI
perlu direncanakan seperti sumber daya lainnya (misalnya kapital, material, dan
2
personil) agar penggunaannya efektif dan efisien (Zviran 1990). Dengan demikian,
perencanaan SI yang disesuaikan dengan peranan SI dalam organisasi merupakan
topik yang menarik dan penting dalam penelitian-penelitian SI (Raghunathan dan
Raghunathan 1990, Cash et al. 1992, dan Premkumar dan King 1992).
Penelitian secara empiris menggunakan rerangka strategic grid dan
hubungannya dengan perencanaan SI telah dilakukan oleh Raghunathan dan
Raghunathan (1990), Premkumar dan King (1992) di Amerika, dan di Indonesia
dilakukan oleh Hartawan (1996). Penelitian-penelitian ini dijelaskan lebih terperinci
pada telaah literatur. Berdasarkan penelitian-penelitian mereka, peneliti ingin
mengetahui peranan apa yang dimainkan SI dalam organisasi dan apakah terdapat
perbedaan perencanaan SI di antara organisasi yang mempunyai peranan SI yang
berbeda-beda. Karena itu, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengevaluasi peranan yang dimainkan SI dalam organisasi dengan
menggunakan rerangka strategic grid.
2. Untuk memberi bukti empiris mengenai adanya perbedaan perencanaan SI di
antara organisasi yang mempunyai peranan SI yang berbeda-beda dalam
kuadran strategic grid.
TELAAH LITERATUR
Peranan Sistem Informasi
Seiring dengan perkembangan teknologi informasi, secara intensif telah
didiskusikan dalam literatur-literatur SI (McFarlan et al. 1983, Nolan 1979) bahwa SI
mempunyai peranan yang berbeda-beda di antara organisasi. Nolan (1979)
mengemukakan bahwa fungsi SI mengalami enam langkah pertumbuhan dan
dalam setiap langkah tersebut organisasi menggunakan SI dengan cara yang
berbeda-beda. Demikian pula halnya dengan McFarlan et al. (1983) menemukan
bahwa dalam beberapa organisasi SI berperan di daerah stratejik, sementara
organisasi lainnya SI berperan sebagai efisiensi biaya. Berdasarkan penemuan ini,
McFarlan et al. (1983) mengembangkan strategic grid sebagai peranan SI dalam
suatu organisasi dengan membagi organisasi dalam dua dimensi, yaitu dampak
stratejik SI pada operasi saat ini dan dampak stratejik SI pada operasi masa yang
akan datang, seperti terlihat pada Gambar 2.1.
3
Dampak stratejik SI saat ini
Tinggi Rendah
Tinggi Strategic Turnaround
Dampak
stratejik SI
masa yang
akan datang
Rendah Factory Support
Gambar 2.1. Strategic grid
____________
Sumber: McFarlan et al. (1983, 150)
Dalam rerangka strategic grid, organisasi diklasifikasikan ke dalam empat
lingkungan SI, yaitu strategic, turnaround, factory, dan support. Organisasi dalam
kelompok strategic, sangat bergantung pada kelancaran fungsi SI untuk operasi
sehari-hari dan juga penting bagi kesuksesan organisasi dalam bersaing.
Organisasi dalam kelompok turnaround, kurang bergantung pada dukungan SI
untuk operasi perusahaan saat ini, tetapi SI dikembangkan untuk kepentingan
tujuan strategis jangka panjang. Organisasi dalam kelompok factory, sangat
bergantung pada fungsi SI untuk operasi sehari-hari, tetapi pengembangan aplikasi
untuk masa yang akan datang kurang menjadi pertimbangan utama. Organisasi
dalam kelompok support, kurang bergantung terhadap SI untuk operasi saat ini dan
juga untuk operasi masa yang akan datang.
Perencanaan Sistem Informasi
Perhatian yang semakin meningkat akan dampak stratejik SI terhadap bisnis
perusahaan membuat penelitian pada perencanaan SI penting dalam bidang SI
(Boynton dan Zmud 1987). Investasi yang besar dalam SI membuat perencanaan
SI menjadi masalah kunci bagi manajemen (Niederman et al. 1991). Hal ini
4
menunjukkan bahwa perencanaan SI menjadi hal yang penting dalam organisasi
secara keseluruhan jika ingin memperoleh keunggulan kompetitif.
Studi empiris mengenai perencanaan SI menunjukkan bahwa perencanaan
SI dipengaruhi oleh berbagai faktor (Lederer dan Sethi 1996). Berbagai faktor
seperti kualitas proses perencanaan, rentang waktu perencanaan, sumber-sumber
perencanaan SI, integrasi bisnis-SI, kualitas mekanisme pendukung, keterlibatan
manajemen puncak dan pemakai, sumber-sumber SI, efektifitas perencanaan,
kinerja fungsi SI, dan kontribusi SI terhadap kinerja organisasional ditemukan
mempengaruhi perencanaan SI (Cash et al. 1992, Ein-Dor dan Segev 1978,
Goodhue et al. 1988, King 1988, Lederer dan Mendelow 1986, 1987, Lederer dan
Sethi 1988, McFarlan et al. 1983, Raghunathan dan Raghunathan 1988, dan Zviran
1990). Premkumar dan King (1992) menggolong-golongkan berbagai faktor
perencanaan SI tersebut ke dalam tiga karakteristik, yaitu karakteristik
perencanaan, karakteristik organisasional, dan karakteristik kinerja.
Inti dari perencanaan SI adalah proses perencanaan yang mengevaluasi
lingkungan eksternal dan internal SI, mengidentifikasi sistem aplikasi yang baru,
dan mengembangkan sekumpulan perencanaan SI stratejik untuk mendukung
perencanaan bisnis organisasi. Tujuan utama perencanaan SI adalah untuk
menyelaraskan perencanaan SI dengan perencanaan bisnis (Zviran 1990).
Namun, Lederer dan Mendelow (1986) menemukan bahwa dalam banyak
organisasi perencanaan bisnis stratejik tidak jelas, atau tidak secara jelas
didokumentasikan, atau tidak berisi informasi yang relevan yang dapat digunakan
dalam perencanaan SI. Karena itu, organisasi dalam merencanakan SI sering
menggunakan berbagai mekanisme pendukung, seperti partisipasi manajer SI
dalam perencanaan bisnis stratejik perusahaan untuk mengintegrasikan kedua
sistem perencanaan tersebut (Lederer dan Mendelow 1987). Keterlibatan
manajemen puncak dan pemakai juga merupakan fasilitator yang penting dalam
perencanaan SI (Lederer dan Mendelow 1987).
Kecukupan sumber-sumber perencanaan merupakan fokus perhatian dalam
karakteristik perencanaan SI. Lederer dan Sethi (1988) menemukan bahwa
ketersediaan sumber-sumber perencanaan menjadi masalah yang serius dalam
perencanaan SI. Goodhue et al. (1988) menemukan bahwa pengalokasian
5
sumber-sumber yang tersedia untuk implementasi perencanaan juga merupakan
masalah yang signifikan yang mempengaruhi efektivitas sistem perencanaan.
Investasi yang besar dalam SI dan penggunaan SI sebagai sumber daya
stratejik membawa dimensi kinerja ke dalam karakteristik perencanaan SI (Clemons
dan Weber 1990, dan Weill dan Olson 1989). Pengukuran kinerja menjadi subjek
penelitian yang dipertimbangkan dalam perencanaan SI stratejik (Weill dan Olson
1989). Untuk membuktikan keandalan perencanaan, maka perlu untuk mengukur
efektifitas perencanaan dan dampaknya terhadap organisasi (King 1988). Namun,
hanya sedikit penelitian yang mengevaluasi hubungan investasi TI dengan kinerja
organisasional (pertumbuhan penjualan, return on assets, dll) yang hasilnya
memuaskan (Weill dan Olson 1989, Floyd dan Wooldridge 1990). Peneliti lebih
berhasil menggunakan pengukuran perseptual dari penyelesaian perencanaan
sebagai pengukuran efektifitas perencanaan (Raghunathan dan Raghunathan
1991).
Peranan SI dan Perencanaan SI Dalam Organisasi
Raghunathan dan Raghunathan (1990) melakukan penelitian mengenai
implikasi perencanaan dari SI strategic grid. Mereka menginvestigasi sifat kontijen
dari enam variabel perencanaan SI dalam konteks relevansi stratejik SI suatu
organisasi. Mereka mengidentifikasi perbedaan perencanaan SI untuk setiap
kuadran dalam strategic grid terhadap 187 organisasi yang menjadi responden
dalam penelitian mereka. Dengan menggunakan ANOVA, hasil penelitian mereka
mengkonfirmasikan beberapa prediksi dari McFarlan et al. (1983) yang
menunjukkan bahwa secara umum terdapat dukungan empiris untuk rerangka
strategic grid dan terdapat perbedaan dalam aspek perencanaan di antara
organisasi, tergantung pada lingkungan SI organisasi tersebut dalam strategic grid.
Raghunathan dan Raghunathan (1990) juga melakukan analisis lebih lanjut
mengenai hasil penelitian mereka yang menunjukkan bahwa perbedaan tersebut
lebih jelas untuk dimensi masa yang akan datang daripada untuk dimensi saat ini.
Interpretasi mereka mengenai ini bahwa jika kita melakukan penelitian mengenai
perencanaan, sifat kontijen dari perencanaan lebih baik ditekankan dalam
lingkungan SI masa yang akan datang daripada dalam lingkungan SI saat ini.
Dalam rerangka strategic grid, lingkungan SI strategic dan turnaround (yang
6
mempunyai dampak stratejik yang tinggi pada dimensi masa yang akan datang)
kemungkinan sama satu sama lain dan berbeda dari dua lingkungan lainnya
(support dan factory). Hal ini menunjukkan bahwa perbedaan seharusnya lebih
jelas antara tinggi dan rendah dimensi masa yang akan datang daripada antara
tinggi dan rendah dimensi saat ini.
Hasil penelitian mereka juga menunjukkan bahwa perbedaan rata-rata untuk
semua aspek perencanaan lebih besar pada kuadran strategic dan support.
Karena itu, mereka juga melakukan uji-t untuk membuktikan perbedaan kedua
kuadran tersebut dilihat dari aspek perencanaan SI dan hasilnya secara signifikan
menunjukkan perbedaan tersebut. Implikasi penelitian mereka menekankan pada
sifat kontijen perencanaan SI dan kebutuhan untuk menyesuaikan aspek
perencanaan SI dengan peranan SI dalam organisasi.
Premkumar dan King (1992) memperluas penelitian yang telah dilakukan
oleh Raghunathan dan Raghunathan (1990). Mereka menambahkan 7 variabel
perencanaan SI, menggabungkan 2 variabel perencanaan SI, dan membuang satu
variabel perencanaan SI sehingga menjadi 11 variabel perencanaan SI yang
dibaginya ke dalam tiga karakteristik, yaitu karakteristik perencanaan, karakteristik
organisasional, karakteristik kinerja perencanaan. Berdasarkan hasil penelitian
yang dilakukan oleh Raghunathan dan Raghunathan (1990), Premkumar dan King
(1992) menggabungkan kuadran strategic dengan turnaround dan kuadran support
dengan factory dalam menganalisis data. Mereka menggunakan t-test dan chisquare
dalam melakukan analisis terhadap 249 sampel dan hasilnya menunjukkan
bahwa terdapat perbedaan yang signifikan dalam karakteristik perencanaan,
organisasional, dan kinerja dari perencanaan SI di antara organisasi yang
mempunyai peranan SI yang berbeda-beda. Karakteristik perencanaan dan
organisasional secara umum sesuai dengan prediksi implisit dalam strategic grid.
Karena itu, penelitian ini memberi validasi parsial pada strategic grid sebagai alat
untuk mengevaluasi peranan SI di dalam organisasi. Sedangkan karakteristik
kinerja perencanaan SI untuk variabel kinerja fungsi SI belum didukung oleh data.
Kedua penelitian yang diuraikan di atas merupakan penelitian yang
dilakukan di Amerika. Untuk situasi di Indonesia, penelitian serupa telah dilakukan
oleh Hartawan (1996) dengan mendasarkan pada penelitian yang dilakukan
Premkumar dan King (1992). Kuesioner yang digunakannya untuk pengumpulan
7
data penelitian merupakan kuesioner yang dikembangkan oleh Premkumar dan
King (1992) dan menganalisis sebanyak tiga puluh sembilan sampel. Alat analisis
yang digunakan adalah uji-t dan chi-square untuk mengevaluasi beda rata-rata
organisasi dari tiga karakteristik sistem perencanaan SI (perencanaan,
organisasional, dan kinerja perencanaan) pada rerangka strategic grid. Hasilnya
menunjukkan bahwa karakteristik perencanaan untuk variabel sumber-sumber
perencanaan SI tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan antara kelompok
strategic/turnaround dengan kelompok support/factory, yang berarti tidak
mendukung hasil penelitian Premkumar dan King (1992); sedangkan untuk
karakteristik organisasional mendukung penelitian Premkumar dan King (1992)
yang menunjukkan perbedaan yang signifikan antara kelompok
strategic/turnaround dengan kelompok support/factory. Karakteristik kinerja untuk
semua variabel menunjukkan perbedaan yang signifikan antara kelompok
strategic/turnaround dengan kelompok support/factory.

http://naocta.wordpress.com/2009/12/31/sistem-informasi-akuntansi-dan-sim/

Pengertian SIA

sistem adalah : Suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan atau untuk menyelesaikan suatu sasaran tertentu.

Informasi adalah pengetahuan yang didapatkan dari pembelajaran, pengalaman, atau instruksi [1]. Namun demikian, istilah ini memiliki banyak arti bergantung pada konteksnya, dan secara umum berhubungan erat dengan konsep seperti arti, pengetahuan, negentropy, komunikasi,kebenaran, representasi, dan rangsangan mental.
Dalam beberapa hal pengetahuan tentang peristiwa-peristiwa tertentu atau situasi yang telah dikumpulkan atau diterima melalui proses komunikasi, pengumpulan intelejen, ataupun didapatkan dari berita juga dinamakan informasi. Informasi yang berupa koleksi data dan fakta seringkali dinamakan informasi statistik. Dalam bidang ilmu komputer, informasi adalah data yang disimpan, diproses, atau ditransmisikan. Penelitian ini memfokuskan pada definisi informasi sebagai pengetahuan yang didapatkan dari pembelajaran, pengalaman, atau instruksi dan alirannya.
transformasi data menjadi informasi

Akuntansi adalah pengukuran, penjabaran, atau pemberian kepastian mengenai informasi yang akan membantu manajer, investor, otoritas pajakdan pembuat keputusan lain untuk membuat alokasi sumber daya keputusan di dalam perusahaan, organisasi, dan lembaga pemerintah. Akuntansi adalah seni dalam mengukur, berkomunikasi dan menginterpretasikan aktivitas keuangan. Secara luas, akuntansi juga dikenal sebagai "bahasa bisnis".[1] Akuntansi bertujuan untuk menyiapkan suatu laporan keuangan yang akurat agar dapat dimanfaatkan oleh para manajer, pengambil kebijakan, dan pihak berkepentingan lainnya, seperti pemegang saham, kreditur, atau pemilik. Pencatatan harian yang terlibat dalam proses ini dikenal dengan istilah pembukuan. Akuntansi keuangan adalah suatu cabang dari akuntansi dimana informasi keuangan pada suatu bisnis dicatat, diklasifikasi, diringkas, diinterpretasikan, dan dikomunikasikan. Auditing, satu disiplin ilmu yang terkait tapi tetap terpisah dari akuntansi, adalah suatu proses dimana pemeriksa independen memeriksa laporan keuangan suatu organisasi untuk memberikan suatu pendapat atau opini - yang masuk akal tapi tak dijamin sepenuhnya - mengenai kewajaran dan kesesuaiannya dengan prinsip akuntansi yang berterima umum.


Sistem Informasi Akuntansi dapat didefinisikan sebagai sistem informasi yang merubah data transaksi bisnis menjadi informasi keuangan yang berguna bagi pemakainya

http://id.wikipedia.org/wiki/Akuntansi