Rabu, 29 Desember 2010

SISTEM INFORMASI AKUNTANSI DAN SIM

Pada masa sekarang, sistem informasi (SI) telah mengubah cara

perusahaan melakukan bisnis yang mengakibatkan banyak hal-hal baru terjadi
dalam suatu organisasi. Hal ini dapat dilihat dari perubahan yang ada di sekitar
kita, misalnya fasilitas ATM yang disediakan oleh perusahaan perbankan, fasilitas
CD-ROM yang umumnya terdapat di perpustakaan, scanner yang terdapat di tokotoko
swalayan, dan sebagainya. Ini menunjukkan bahwa peranan SI menjadi
semakin meningkat mengikuti perkembangan teknologi informasi.
Secara tradisional, manajemen dan akademisi memandang peranan SI
sebagai fungsi pendukung dalam operasi perusahaan. Pandangan mereka ini
sesuai dengan definisi awal SI. Sebagai contoh, Ein-Dor dan Segev (1978), Ives et
al. (1980) mendefinisikan SI sebagai fungsi pendukung dalam melaksanakan
aktivitas dan fungsi manajemen.
Saat ini, manajemen dan akademisi memandang peranan SI sebagai
enabler bagi perusahaan untuk memperoleh keunggulan kompetitif. Sistem
informasi mampu mengubah bentuk organisasi, mampu mengubah cara
perusahaan dalam beroperasi, dan mampu mengubah cara perusahaan dalam
bersaing (Alter 1996, hal. 191-193). Informasi, sekarang dilihat sebagai sumber
daya stratejik, sumber yang potensil untuk mendapatkan keunggulan dalam
bersaing (Raghunathan dan Raghunathan 1990, Laudon dan Laudon 1991, hal.
72) atau sebagai senjata stratejik untuk mendapatkan keunggulan kompetitif dalam
iklim bisnis yang baru (Ives dan Learmonth 1984). Hal ini menunjukkan bahwa SI
memainkan berbagai peran dalam organisasi.
McFarlan et al. (1983) menggunakan strategic grid sebagai rerangka untuk
menjelaskan peranan SI yang berbeda-beda di dalam organisasi. Dalam rerangka
tersebut, mereka mengklasifikasikan organisasi ke dalam empat lingkungan SI,
yaitu strategic, turnaround, factory, dan support. Mereka menekankan perlunya
menyesuaikan perencanaan SI dengan peranan yang dimainkan SI dalam
organisasi, karena suatu organisasi tidak dapat mencapai dampak stratejik jika
mengfokuskan perencanaan SI pada masalah operasional. Di samping itu, suatu
organisasi akan mengalami pemborosan sumber daya jika penggunaan sistem
informasi tidak sesuai dengan perencanaan bisnis perusahaan. Perencanaan SI
perlu direncanakan seperti sumber daya lainnya (misalnya kapital, material, dan
2
personil) agar penggunaannya efektif dan efisien (Zviran 1990). Dengan demikian,
perencanaan SI yang disesuaikan dengan peranan SI dalam organisasi merupakan
topik yang menarik dan penting dalam penelitian-penelitian SI (Raghunathan dan
Raghunathan 1990, Cash et al. 1992, dan Premkumar dan King 1992).
Penelitian secara empiris menggunakan rerangka strategic grid dan
hubungannya dengan perencanaan SI telah dilakukan oleh Raghunathan dan
Raghunathan (1990), Premkumar dan King (1992) di Amerika, dan di Indonesia
dilakukan oleh Hartawan (1996). Penelitian-penelitian ini dijelaskan lebih terperinci
pada telaah literatur. Berdasarkan penelitian-penelitian mereka, peneliti ingin
mengetahui peranan apa yang dimainkan SI dalam organisasi dan apakah terdapat
perbedaan perencanaan SI di antara organisasi yang mempunyai peranan SI yang
berbeda-beda. Karena itu, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengevaluasi peranan yang dimainkan SI dalam organisasi dengan
menggunakan rerangka strategic grid.
2. Untuk memberi bukti empiris mengenai adanya perbedaan perencanaan SI di
antara organisasi yang mempunyai peranan SI yang berbeda-beda dalam
kuadran strategic grid.
TELAAH LITERATUR
Peranan Sistem Informasi
Seiring dengan perkembangan teknologi informasi, secara intensif telah
didiskusikan dalam literatur-literatur SI (McFarlan et al. 1983, Nolan 1979) bahwa SI
mempunyai peranan yang berbeda-beda di antara organisasi. Nolan (1979)
mengemukakan bahwa fungsi SI mengalami enam langkah pertumbuhan dan
dalam setiap langkah tersebut organisasi menggunakan SI dengan cara yang
berbeda-beda. Demikian pula halnya dengan McFarlan et al. (1983) menemukan
bahwa dalam beberapa organisasi SI berperan di daerah stratejik, sementara
organisasi lainnya SI berperan sebagai efisiensi biaya. Berdasarkan penemuan ini,
McFarlan et al. (1983) mengembangkan strategic grid sebagai peranan SI dalam
suatu organisasi dengan membagi organisasi dalam dua dimensi, yaitu dampak
stratejik SI pada operasi saat ini dan dampak stratejik SI pada operasi masa yang
akan datang, seperti terlihat pada Gambar 2.1.
3
Dampak stratejik SI saat ini
Tinggi Rendah
Tinggi Strategic Turnaround
Dampak
stratejik SI
masa yang
akan datang
Rendah Factory Support
Gambar 2.1. Strategic grid
____________
Sumber: McFarlan et al. (1983, 150)
Dalam rerangka strategic grid, organisasi diklasifikasikan ke dalam empat
lingkungan SI, yaitu strategic, turnaround, factory, dan support. Organisasi dalam
kelompok strategic, sangat bergantung pada kelancaran fungsi SI untuk operasi
sehari-hari dan juga penting bagi kesuksesan organisasi dalam bersaing.
Organisasi dalam kelompok turnaround, kurang bergantung pada dukungan SI
untuk operasi perusahaan saat ini, tetapi SI dikembangkan untuk kepentingan
tujuan strategis jangka panjang. Organisasi dalam kelompok factory, sangat
bergantung pada fungsi SI untuk operasi sehari-hari, tetapi pengembangan aplikasi
untuk masa yang akan datang kurang menjadi pertimbangan utama. Organisasi
dalam kelompok support, kurang bergantung terhadap SI untuk operasi saat ini dan
juga untuk operasi masa yang akan datang.
Perencanaan Sistem Informasi
Perhatian yang semakin meningkat akan dampak stratejik SI terhadap bisnis
perusahaan membuat penelitian pada perencanaan SI penting dalam bidang SI
(Boynton dan Zmud 1987). Investasi yang besar dalam SI membuat perencanaan
SI menjadi masalah kunci bagi manajemen (Niederman et al. 1991). Hal ini
4
menunjukkan bahwa perencanaan SI menjadi hal yang penting dalam organisasi
secara keseluruhan jika ingin memperoleh keunggulan kompetitif.
Studi empiris mengenai perencanaan SI menunjukkan bahwa perencanaan
SI dipengaruhi oleh berbagai faktor (Lederer dan Sethi 1996). Berbagai faktor
seperti kualitas proses perencanaan, rentang waktu perencanaan, sumber-sumber
perencanaan SI, integrasi bisnis-SI, kualitas mekanisme pendukung, keterlibatan
manajemen puncak dan pemakai, sumber-sumber SI, efektifitas perencanaan,
kinerja fungsi SI, dan kontribusi SI terhadap kinerja organisasional ditemukan
mempengaruhi perencanaan SI (Cash et al. 1992, Ein-Dor dan Segev 1978,
Goodhue et al. 1988, King 1988, Lederer dan Mendelow 1986, 1987, Lederer dan
Sethi 1988, McFarlan et al. 1983, Raghunathan dan Raghunathan 1988, dan Zviran
1990). Premkumar dan King (1992) menggolong-golongkan berbagai faktor
perencanaan SI tersebut ke dalam tiga karakteristik, yaitu karakteristik
perencanaan, karakteristik organisasional, dan karakteristik kinerja.
Inti dari perencanaan SI adalah proses perencanaan yang mengevaluasi
lingkungan eksternal dan internal SI, mengidentifikasi sistem aplikasi yang baru,
dan mengembangkan sekumpulan perencanaan SI stratejik untuk mendukung
perencanaan bisnis organisasi. Tujuan utama perencanaan SI adalah untuk
menyelaraskan perencanaan SI dengan perencanaan bisnis (Zviran 1990).
Namun, Lederer dan Mendelow (1986) menemukan bahwa dalam banyak
organisasi perencanaan bisnis stratejik tidak jelas, atau tidak secara jelas
didokumentasikan, atau tidak berisi informasi yang relevan yang dapat digunakan
dalam perencanaan SI. Karena itu, organisasi dalam merencanakan SI sering
menggunakan berbagai mekanisme pendukung, seperti partisipasi manajer SI
dalam perencanaan bisnis stratejik perusahaan untuk mengintegrasikan kedua
sistem perencanaan tersebut (Lederer dan Mendelow 1987). Keterlibatan
manajemen puncak dan pemakai juga merupakan fasilitator yang penting dalam
perencanaan SI (Lederer dan Mendelow 1987).
Kecukupan sumber-sumber perencanaan merupakan fokus perhatian dalam
karakteristik perencanaan SI. Lederer dan Sethi (1988) menemukan bahwa
ketersediaan sumber-sumber perencanaan menjadi masalah yang serius dalam
perencanaan SI. Goodhue et al. (1988) menemukan bahwa pengalokasian
5
sumber-sumber yang tersedia untuk implementasi perencanaan juga merupakan
masalah yang signifikan yang mempengaruhi efektivitas sistem perencanaan.
Investasi yang besar dalam SI dan penggunaan SI sebagai sumber daya
stratejik membawa dimensi kinerja ke dalam karakteristik perencanaan SI (Clemons
dan Weber 1990, dan Weill dan Olson 1989). Pengukuran kinerja menjadi subjek
penelitian yang dipertimbangkan dalam perencanaan SI stratejik (Weill dan Olson
1989). Untuk membuktikan keandalan perencanaan, maka perlu untuk mengukur
efektifitas perencanaan dan dampaknya terhadap organisasi (King 1988). Namun,
hanya sedikit penelitian yang mengevaluasi hubungan investasi TI dengan kinerja
organisasional (pertumbuhan penjualan, return on assets, dll) yang hasilnya
memuaskan (Weill dan Olson 1989, Floyd dan Wooldridge 1990). Peneliti lebih
berhasil menggunakan pengukuran perseptual dari penyelesaian perencanaan
sebagai pengukuran efektifitas perencanaan (Raghunathan dan Raghunathan
1991).
Peranan SI dan Perencanaan SI Dalam Organisasi
Raghunathan dan Raghunathan (1990) melakukan penelitian mengenai
implikasi perencanaan dari SI strategic grid. Mereka menginvestigasi sifat kontijen
dari enam variabel perencanaan SI dalam konteks relevansi stratejik SI suatu
organisasi. Mereka mengidentifikasi perbedaan perencanaan SI untuk setiap
kuadran dalam strategic grid terhadap 187 organisasi yang menjadi responden
dalam penelitian mereka. Dengan menggunakan ANOVA, hasil penelitian mereka
mengkonfirmasikan beberapa prediksi dari McFarlan et al. (1983) yang
menunjukkan bahwa secara umum terdapat dukungan empiris untuk rerangka
strategic grid dan terdapat perbedaan dalam aspek perencanaan di antara
organisasi, tergantung pada lingkungan SI organisasi tersebut dalam strategic grid.
Raghunathan dan Raghunathan (1990) juga melakukan analisis lebih lanjut
mengenai hasil penelitian mereka yang menunjukkan bahwa perbedaan tersebut
lebih jelas untuk dimensi masa yang akan datang daripada untuk dimensi saat ini.
Interpretasi mereka mengenai ini bahwa jika kita melakukan penelitian mengenai
perencanaan, sifat kontijen dari perencanaan lebih baik ditekankan dalam
lingkungan SI masa yang akan datang daripada dalam lingkungan SI saat ini.
Dalam rerangka strategic grid, lingkungan SI strategic dan turnaround (yang
6
mempunyai dampak stratejik yang tinggi pada dimensi masa yang akan datang)
kemungkinan sama satu sama lain dan berbeda dari dua lingkungan lainnya
(support dan factory). Hal ini menunjukkan bahwa perbedaan seharusnya lebih
jelas antara tinggi dan rendah dimensi masa yang akan datang daripada antara
tinggi dan rendah dimensi saat ini.
Hasil penelitian mereka juga menunjukkan bahwa perbedaan rata-rata untuk
semua aspek perencanaan lebih besar pada kuadran strategic dan support.
Karena itu, mereka juga melakukan uji-t untuk membuktikan perbedaan kedua
kuadran tersebut dilihat dari aspek perencanaan SI dan hasilnya secara signifikan
menunjukkan perbedaan tersebut. Implikasi penelitian mereka menekankan pada
sifat kontijen perencanaan SI dan kebutuhan untuk menyesuaikan aspek
perencanaan SI dengan peranan SI dalam organisasi.
Premkumar dan King (1992) memperluas penelitian yang telah dilakukan
oleh Raghunathan dan Raghunathan (1990). Mereka menambahkan 7 variabel
perencanaan SI, menggabungkan 2 variabel perencanaan SI, dan membuang satu
variabel perencanaan SI sehingga menjadi 11 variabel perencanaan SI yang
dibaginya ke dalam tiga karakteristik, yaitu karakteristik perencanaan, karakteristik
organisasional, karakteristik kinerja perencanaan. Berdasarkan hasil penelitian
yang dilakukan oleh Raghunathan dan Raghunathan (1990), Premkumar dan King
(1992) menggabungkan kuadran strategic dengan turnaround dan kuadran support
dengan factory dalam menganalisis data. Mereka menggunakan t-test dan chisquare
dalam melakukan analisis terhadap 249 sampel dan hasilnya menunjukkan
bahwa terdapat perbedaan yang signifikan dalam karakteristik perencanaan,
organisasional, dan kinerja dari perencanaan SI di antara organisasi yang
mempunyai peranan SI yang berbeda-beda. Karakteristik perencanaan dan
organisasional secara umum sesuai dengan prediksi implisit dalam strategic grid.
Karena itu, penelitian ini memberi validasi parsial pada strategic grid sebagai alat
untuk mengevaluasi peranan SI di dalam organisasi. Sedangkan karakteristik
kinerja perencanaan SI untuk variabel kinerja fungsi SI belum didukung oleh data.
Kedua penelitian yang diuraikan di atas merupakan penelitian yang
dilakukan di Amerika. Untuk situasi di Indonesia, penelitian serupa telah dilakukan
oleh Hartawan (1996) dengan mendasarkan pada penelitian yang dilakukan
Premkumar dan King (1992). Kuesioner yang digunakannya untuk pengumpulan
7
data penelitian merupakan kuesioner yang dikembangkan oleh Premkumar dan
King (1992) dan menganalisis sebanyak tiga puluh sembilan sampel. Alat analisis
yang digunakan adalah uji-t dan chi-square untuk mengevaluasi beda rata-rata
organisasi dari tiga karakteristik sistem perencanaan SI (perencanaan,
organisasional, dan kinerja perencanaan) pada rerangka strategic grid. Hasilnya
menunjukkan bahwa karakteristik perencanaan untuk variabel sumber-sumber
perencanaan SI tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan antara kelompok
strategic/turnaround dengan kelompok support/factory, yang berarti tidak
mendukung hasil penelitian Premkumar dan King (1992); sedangkan untuk
karakteristik organisasional mendukung penelitian Premkumar dan King (1992)
yang menunjukkan perbedaan yang signifikan antara kelompok
strategic/turnaround dengan kelompok support/factory. Karakteristik kinerja untuk
semua variabel menunjukkan perbedaan yang signifikan antara kelompok
strategic/turnaround dengan kelompok support/factory.

http://naocta.wordpress.com/2009/12/31/sistem-informasi-akuntansi-dan-sim/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar